Tuesday, November 15, 2011

Kenapa harus jadi programmer freelance ?

Tulisan berikut ini bukan keluhan, seriously, sudah sejak beberapa waktu yang lalu saya berhenti mengeluh dan lebih meningkatkan self-control. Tapi nature of human, ketika menemukan kejadian yang kurang enak di hati terkadang muncul keinginan untuk bersumpah serapah. Jadi lebih baik menuliskan apa yang mengganjal itu di sini sekedar untuk mengosongkan isi kepala dari hal - hal negatif. Jadi sekali lagi, ini bukan keluhan. Dan kalimat sebelum ini bukan pembelaan haha.

"Kenapa sih harus jadi programmer freelance ?"
Pertanyaan untuk diri sendiri yang tiba - tiba muncul di kepala ketika pada hari minggu kemarin harus masuk kantor jam 11 siang dan baru keluar dari kantor hampir jam 10 malam lalu besoknya harus kembali lagi jam 2 siang dan untung nya masih bisa pulang setelah maghrib. Kenapa harus jadi programmer freelance ? programmer yang  tidak punya jam kerja formal sehingga membuat superordinate kadang merasa saya adalah Unit Gawat Darurat yang bisa dihubungi kapanpun dimanapun. Terkadang ketika bangun tidur ternyata sudah ada dispatch di inbox atau ketika baru saja memejamkan mata handphone berbunyi karena ada dispatch.

Sebenarnya nggak masalah buat saya buat bekerja kapan saja, asal nggak usah datang ke kantor. Karena ternyata saya bukan tipe orang yang betah di kantor, duduk berjam - jam di balik kubikel, bekerja dalam pengawasan. Apalagi di hari minggu. Berhubung profesi saya programmer, setiap tuts keyboard yang ditekan disertai logika pemecahan masalah. Membuat aluran logika tanpa break selama 10 jam itu membosankan atau malah melelahkan. Awalnya sih fun, tapi ketika jarum jam menunjuk ke angka 6, rasa fun ini mulai agak bergeser lebih ke dongkol. Apalagi saya orang yang tidak suka bekerja dengan superordinate saya berdiri di belakang memperhatikan layar monitor saya. Cara bekerja seperti itu membendung kreatifitas dan aliran logika. Dan saya adalah orang yang tidak bisa menyembunyikan bad mood. Kalau sudah bad mood pasti diajak ngobrol sudah ga jawab. Muka sudah tidak bisa senyum dan hati sudah tidak bisa berempati. Pikiran - pikiran di otak mulai berbau negatif. Itu lah saat dimana saya harus break. Dan saya tidak mendapatkan break, tapi saya mendapatkan overtime payment. Alhamdulillah yah.

Lalu saya pikir pekerjaan ini membosankan, melelahkan, menyebalkan. Atau sebenarnya superordinate saya yang menyebalkan. Pikiran - pikiran itu harus difilter. Saya sudah bukan lagi anak baru lulus SMA yang ketika menemui hal yang tidak disukai lalu lari dari pekerjaan dan berakhir dengan kesan tidak baik pada rekan kerja. Seorang pria 22 tahun yang sebentar lagi akan lulus dan benar - benar menjadi karyawan harus lebih sabar ketika menghadapi hal seperti ini. Saya pun memfilter nya dengan diam. Menolak semua sugesti negatif yang datang.

Tapi saya bukanlah satu - satu nya pekerja freelance. Dan saya bukan satu - satu nya orang dengan dua profesi. Banyak teman - teman yang menjadi pekerja full time di satu perusahaan dan masih menjadi pekerja freelance di tempat lain. Waktu mereka pasti tersita lebih banyak. Pikiran itu yang akhirnya menenangkan saya dan memaksa hati lebih bersabar. Teringat sebuah kutipan singkat tapi nyata "semua ini akan berlalu". Hal - hal yang tidak mengenakkan pun akan berlalu. Dan benar, setelah jam 10 malam saya bisa pulang. Saya pun mendapat extra-payment hari itu.

Setiap hari berdoa meminta kelapangan rejeki. Meminta selalu dicukupkan. Tapi apa artinya jika diberi pekerjaan lebih malah mengeluh. Rejeki datang dengan usaha. Nggak mungkin juga kan uang turun dari langit. Saya pun baru sadar bahwa ini memang cara Tuhan menjawab doa tersebut. Hampir saja saya mengeluh dan bersumpah serapah terhadap rejeki yang diberikan ini.

Sempat terpikir bahwa begitulah nasib karyawan. Akan mempunyai atasan. Dan ternyata saya kurang menyukai konsep itu. Konsep dimana saya harus diperintah orang. Mungkin memiliki usaha sendiri adalah jalan keluarnya. Dengan membuat IT consultant sendiri misalnya. Tapi itu juga butuh pengalaman. Jadi anggap saja ini adalah proses pembelajaran.

Jadi intinya mulai sekarang harus lebih sabar. Jangan terlalu cepat mengeluh karena jalan menuju kesuksesan itu memang akan lebih susah daripada jalan menuju kegagalan. Teringat kutipan dari buku 5cm yang menyuruh kita untuk menyimpan cita - cita 5cm di depan kepala kita sehingga kita selalu ingat. Dan setelah itu, yang dibutuhkan hanyalah mata akan lebih banyak melihat, kaki yang lebih banyak berjalan, tangan yang lebih banyak bekerja, dan otak yang lebih banyak berpikir. Well, mungkin kata - kata nya nggak tepat kayak gitu sih tapi intinya seperti itu.

No comments: