Monday, October 07, 2013

Wish For a Failure

"13 months ago, I never thought that I would ever wish for a failure in my life..but now, for this one time, Please please please God..give me a blessed failure and guide me on every step ahead *cross fingers"

Bunyi status Facebook salah satu teman di MT yang sekarang sudah selesai tahap akhir dan menunggu proses tie-up. Lucu yah kadang, bisa - bisa nya ada yang berdoa mendapatkan kegagalan setelah usaha selama satu tahun lebih. Sementara itu, nggak ada yang tahu gimana heartbroken nya gue ketika akhirnya di-eliminasi dari program itu sekitar 4 bulan yang lalu. Well, it's not that I want it so bad (but yes, I wanted it so bad) tapi ya nggak pernah aja rasanya di-dumped dari suatu tempat. Dan kalau setelah itu gue bilang melakukan itu dengan sengaja. Well, nggak semua yang lo dengar itu benar. Hehe. Ya nggak purely itu unsur kesengajaan karena ada part dimana gue benar - benar mengerahkan semua usaha gue untuk dapat yang terbaik di situ. 

Anyway, dia bukan orang pertama yang membicarakan hal seperti itu. Bulan ini beberapa teman di MT menghubungi gue setelah tau pekerjaan gue yang sekarang. Beberapa dari mereka bilang ingin bekerja seperti gue. Dan tidak sedikit yang bilang 'pengen fail aja' atau 'udah males'. Nggak tau harus senang atau sedih yah mendengar mereka ber-testimoni seperti itu. Mungkin senang nya karena finally gue sadar bahwa that was the right moment for me to get out of there and that was the best decision that I deserved. Nggak kebayang, kalau waktu itu gue lanjut dan harus menjalani project di tempat dan di pekerjaan yang gue nggak suka sama sekali. That would be 4 months in hell  tapi setelah itu ujung - ujungnya bakal keluar juga atau terpaksa stay untuk beberapa tahun ke depan. Wasted. Can't imagine that.

Sedihnya, ya kasian aja ngebayangin sebuah program yang harusnya membentuk calon - calon future leaders tetapi pada akhirnya justru orang - orang yang ada di sana adalah orang - orang yang tidak ingin berada di sana. 

Well, for what it's worth, I'm so grateful being here right now. 

Tuesday, October 01, 2013

Kerja nya apa ?

Tadi malam keponakanku yang sekarang duduk di kelas 1 SMP, Bayu, mendatangiku dengan malu - malu sambil membawa buku tulis dan pulpen ketika sedang menonton tv. Kami memang tinggal serumah sejak dia lahir 13 tahun lalu ketika aku masih kelas 5 SD, tapi aku memang orang yang jarang bicara di rumah kecuali kalau mau menyuruhnya untuk membelikanku bakso.

Dia lalu bertanya "Om Indra teh kerja nya apa ?"

Tidak langsung menjawab, aku melirik ke arahnya yang sedang membawa buku sambil mondar - mandir grogi menunggu jawabanku. Sebenarnya pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling malas aku jawab. Karena bahkan kalau orang dewasa yang bertanya, satu kalimat jawaban tidak akan cukup karena akan menimbulkan pertanyaan yang lebih panjang. Kadang ingin rasanya membuat brosur yang menjelaskan apa pekerjaan ku supaya tidak perlu mengulang - ulang jawaban panjang itu.

"emang kenapa ?",  jawabku seperti biasa ketika malas menjawab sebuah pertanyaan.

"ini ada tugas wawancara"

Tugas wawancara ? kayaknya waktu aku kelas 1 SMP tidak ada tugas wawancara nggak jelas kayak gini. Aku pun bingung memberikan istilah yang tepat dari pekerjaan ku sekarang. Digital Producer ? ah .. pasti nanti ribet kalau dia bertanya lagi 'digital producer teh apa ?'.

"hmmm.... kerjaan nya .... apa ya .... hmmm ... Project manager"

"project manager teh apa ?"

Kan .. kan ... mulai ribet deh.
"Project manager itu .... yang ngatur project. Bikin jadwal project, ngatur - ngatur gitu deh"

"project ??? jadwal apa ?"

Errr ... 
"ah udah ganti aja kerjaan nya biar gampang. Programmer aja"

"programmer teh apa ?"

Ih! anak jaman sekarang ya. 
"Programmer itu yang bikin program. Bikin website buat di internet tuh"

Dia mendengarkan sambil menulis jawabanku. Setelah selesai dia kembali ke kamar entah untuk apa, kemudia keluar lagi dan memberi pertanyaan lain.

"pengelaman kerja nya apa ?"

"Programmer. Project manager"
"jadi programmer dari kapan ?"

"2008"
Setelah selesai menulis jawabanku dia kembali lagi ke kamar seperti tadi dan kemudian datang lagi dengan pertanyaan lain.

"Gimana rasanya jadi programmer ?"

"Pusing."
"terus ?"

"Hmm apalagi ya ...pusing."
"har ituh, masa pusing aja ?"

Duh, ada - ada aja sih pertanyaan nya. Setelah masuk lagi ke kamar, dia pun bertanya lagi.

"Motivasi nya apa jadi programmer ?"

Hmh ?? kok makin susah aja sih pertanyaan nya. Bikin mikir.

"Hmh ? motivasi apa yah ???"

"ya motivasi nya kenapa jadi programmer"

"Motivasinyaaaaa ..... cari duit!"
"ih, masa cari duit doang ???"

Duh, nanti kalau sudah dewasa kamu akan mengerti, nak.
"Motivasi nya ... jadi programmer kan susah. Jadi harus pinter. Jadi kalau mau programmer harus pinter dulu. Kalo udah pinter gampang cari duitnya. Aduh udah ngarang aja sih jawaban nya, bebas."

Apalah ini jawaban nya tidak nyambung. Setelah jawaban itu dia pun kembali ke kamar dan nggak keluar - keluar lagi. Mungkin dia kapok dengan jawabaku yang kurang bekerja sama haha. Habis aneh - aneh aja. Kayaknya dulu kalaupun aku dapat tugas seperti itu ya bikin sendiri aja jawabannya. Gurunya juga nggak bakal tau kan itu wawancara asli atau bukan hihi.