Sunday, June 30, 2013

Turbulence

A friend texted me telling that one of our high-school friend that went to the same club with us got married. He said "and he didn't invite me. I thought we were best friend". It's not the first time he said that. Several times ago when our friends also got married and didn't even tell us, we said the same thing. But I think we have to admit that people grow apart. For some people we're history.

This morning, one of that friends posted a photo of a baby on Facebook. Apparently his son just born this week. We just got to say congratulation and he just got to say thanks. Cold truth. Yes.

Anyway, while my friends are happily going to the next stage of adult life, posting about their beloved job and start up business, I'm here sitting with my twenty something syndrome which I guess too late. Trying to re-invent myself. The job that I really want. Coping with probation period while moving from one company to another one. I know that I'm too young to settle down, but a grown up man should have a grip to lean on right. 

My new job makes bigger money, gives me two shots of job description that I've always wanted. But my alter ego is always thirsty of spotlight and acknowledgement which is not provided in probation period. I'm in transition period with no permanent job and living. 

But this transition period reminds me of the things that I used to dismissed, responsibility that I used to neglected, bless that I used to wasted.

Maybe this turbulence and transition period is a stone to make the bird that's too proud of flying too high getting down to earth again. 




Friday, June 14, 2013

Kumpul Bocah

Setiap gue pulang ke rumah di awal bulan, selalu ada perubahan drastis yang terjadi pada keponakan -keponakan gue. Ada tiga keponakan cowo yang tinggal di rumah gue. Yang pertama sudah kelas 1 SMP, yang kedua kelas 5 SD, yang paling kecil belum sekolah. Mungkin umurnya 5 tahun.

Semakin besar anak - anak itu semakin sopan sama gue. Dulu waktu kecil mereka masih tengil - tengil dan suka isengin gue kalau gue ada di rumah. Biasanya kalau sudah keterlaluan ya gue siksa mereka, diiket, atau dilempar ke kasur. Tapi mungkin karena sudah sekolah dan belajar PPKN sekarang mereka jadi sopan ke gue. Setiap berangkat dan pulang sekolah mereka salaman sama gue.

Yang lucu itu yang paling kecil. Dia kalau ngomong lambat banget dan belum jelas. Tapi dua minggu yang lalu  ketika gue pulang, bicara nya sudah lancar dan jelas tapi muka nya masih mungil dan lucu. Kalau yang kecil ini karena masih terlalu kecil kadang masih tengil sih. Tapi kalau udah mulai nyebelin ya tinggal gue lempar aja ke kasur. 

Gue suka seneng mendengar percakapan bokap gue dan cucu - cucu nya. Bokap gue itu kakek yang resourceful karena suka memberikan informasi - informasi dan mengajarkan pengetahuan bermanfaat untuk keponakan gue di saat ayah mereka tidak mampu melakukan nya (loh?). Yang lucu adalah mendengar percakapan antara keponakan gue yang paling kecil dengan kakek nya. Anak kecil ternyata memang suka bawel dan bertanya hal - hal random yah. Contohnya tadi siang ketika kami sekeluarga menjenguk kakak ipar gue yang sedang dirawat di rumah sakit. Kira - kira percakapan mereka seperti ini ..

bocah : kek kek ... gedung yang tertinggi lantai nya ada berapa sih ?
bokap : tiga puluh !
bocah : kalo yang lebih besar lagi ?
bokap : lima puluh !
bocah : kek, kalo di bulan udaranya jelek ya ?
bocah : iya ...

Gue cuma memperhatikan mereka dari sofa di sudut ruangan dan membayangkan yang lagi bertanya random itu anak gue nanti. Atau membayangkan kalau percakapan itu terjadi antara gue dan anak gue nanti. Mungkin percakapan nya akan seperti ini..

bocah : pap pap .. gedung yang tertinggi lantai nya ada berapa sih ?
gue : beda - beda. tergantung gedung nya yang mana. Tapi kalo gedung tertinggi di dunia itu gedung ...(mikir dulu) tapi ga tau lantai nya ada berapa. kenapa emang ?
bocah : kalo di bulan udaranya jelek ya ?
gue : kata siapa ? di bulan mah ga ada udara meureun.

Coba bocah sebesar itu bisa tiba - tiba muncul tanpa harus didahului dan diikuti segala liabilities lain nya (exahusting commitment, asimilasi dua keluarga). Dan terus menjadi lucu segede gitu tanpa harus tumbuh ke fase remaja yang menyebalkan (emang nya bonsai) atau lompat langsung ke fase growing up supaya bisa memberikan kontribusi balik. (ok, ini lagi membesarkan anak atau membuat komoditi)