“are we ... exclusive ?”
Kamu masih asik memainkan jari -
jari di atas tombol – tombol kecil smartphone
berwarna putih itu sementara aku sejak
tadi berusaha mencari kalimat yang tepat,yang tidak terlalu memaksa, tidak
terdengar desperate, tapi menghasilkan
jawaban yang diinginkan.
“Hmmmh ... males deh kalo udah bahas
yang kayak gini”
Entah jawaban dari kamu atau blackberry menyebalkan yang sejak tadi
menyita perhatianmu itu yang membuatku patah semangat untuk meneruskan
pembicaraan ini. Dialog ini pun akan menjadi
mirip dengan cerita Tom dan Summer di 500
Days of Summer. Kalaupun memang harus berkahir sama, at least aku harus menyelesaikan nya saat ini juga agar tidak terus
terjebak di permainan peran tanpa nama ini.
“Maksudnya ?”
“Ya ngomongin relationship.”
Masih sambil memainkan Blackberry-mu.
“Kenapa ?”
“Because we tend to hurt or get hurt in relationship”
“But you
already did ...”
Iya. Di malam waktu kamu menolak
aku ajak makan malam karena harus menemani saudara mu yang datang dari luar
kota. Lalu pada saat kamu menerima telepon mesra dari teman baru mu di depanku beberapa
minggu lalu. Dan di setiap pesan ku yang tidak terbalas karena kamu sedang
sibuk membalas pesan – pesan dari nya, seperti saat ini.
“Makanya ... kamu anggap nya kita
kayak teman biasa aja. Jadi nggak bakal sakit hati kan kalo ada apa – apa ... ”
Kali ini kamu mulai menaruh Blackberry-mu,
duduk dan bersandar di bahuku.
“Teman ? Friends don’t hug each other, don’t kiss each other”
Kamu bergeser menjauh dan aku
membuka Winamp di laptop kemudian memilih Fallin’
dari Alicia Keys untuk menyamarkan suara detak jantung yang berdetak kencang
karena kesal. Tanpa disamarkan pun kamu tidak peduli seberapa kesalnya aku.
“kamu ingat waktu pertama kita ketemu ? you said that eight letters, three words. Dan
hari – hari setelah itu, all the sweet words you said, all the nights we’ve spent together. Itu
apa ?”
Aku masih belum puas berdebat
mengenai perbedaan definisi yang kita punya tentang teman. Mungkin kamu
mengucapkan tiga kata itu ke semua temanmu. Lalu kalian berpelukan, berciuman,
dan menghabiskan malam dan pagi bersama.
“Maaf ya ... waktu itu aku cuma mau
meyakinkan diri sendiri aja ”
‘Maaf’ dan ‘Cuma’ seringkali
bukan pasangan kata yang tepat untuk berada di sebuah kalimat. Dan kalimat yang
baru saja kamu ucapkan bukan kalimat yang tepat yang ingin aku dengar.
“Meyakinkan apa ?”
“ya ... do I really wanna be in a relationship or not”
Tidak usah diteruskan. Aku sudah
tahu jawaban nya. You tried to make it
works and apparently we’re just good to be friends. Yeah, yeah ... it’s about
me who expected too much. But hey, who will not expect that much when someone
says they love you ?
“Terus sekarang ?” dan aku masih
penasaran untuk mendengar jawaban nya dari mulutmu sendiri.
“Ya ternyata, setelah beberapa
bulan sampai sekarang ini. I don’t feel
something special. Maaf ya Satria.”
Seakan cerita itu belum cukup
membuat hatiku meradang. Kamu lalu berterus terang bahwa saudara yang selama
ini kamu ceritakan sebetulnya adalah teman dekatmu. Aku sudah tahu. Dan kamu
pasti sudah sering memeluknya, mencium bibirnya, berbagi malam dan pagi dengan
nya. Seperti yang kamu pernah lakukan dengan temanmu ini. Iya kan ?
Oh girl, you really made my night. You’re such a nice girl. But I can’t
stand you’re being nice to everyone. I want someone exclusive and it’s not you.
Kamu pun meninggalkan kamar ku
setelah permintaan maaf mu beberapa kali tidak aku gubris. Setelah kamu menutup
pintu itu, aku tidak akan lagi menunggu mu pulang. Tidak akan lagi mengetuk
pintu kamarmu ketika melihat lampu kamarmu sudah menyala. Tidak akan lagi ada
ucapan selamat pagi, selamat makan siang, dan tutur manis merayumu.
Bye.
4 comments:
It was a true story? ckckck.. ayo je semangat terus membuat fiksi :) jadi aku ada temennya.. Pesenan kamu yang sewindu lagi aku pikirin setelah novel aku kelar yaaa hahahaa..
willmaquenicka.wordpress.com
bukan true story koq
It was a true story, wasn't it? hehehe ayo semangat menulis.. yang sewindu lagi aku pikirin nih.. hahaha.. :D , Aku lagi buat novel kedua buat lomba di bentang doain aku willmaquenicka.wordpress.com
Apel. :')
Post a Comment