Setelah hampir setahun tak bertemu, dia kembali lagi. Dia yang
selalu datang setiap hari selama sebulan dalam setiap tahun nya. Ada waktu
tertentu yang dipilihnya. Biasanya beberapa jam sebelum makan siang, dan
kemudian pergi sesaat setelah kami makan siang bersama. Terkadang dia memilih
untuk datang di sore hari sehingga dia bisa tinggal lebih lama.
Kedatangan nya sangat mudah dikenali. Sentuhannya yang khas
seringkali memaksa leherku hingga sakit untuk menoleh ke arahnya. Jika dia
sedikit galak, sentuhan nya seakan menusuk – nusuk kepala kiri ku bak boneka
vodoo. Bila itu belum memuaskan nya juga, sentuhan nya menyebar ke mataku yang
membuatnya sangat berat untuk tetap kubiarkan terbuka.
Dia sangat pencemburu, memaksaku untuk
meninggalkan semua yang sedang aku lakukan dan meluangkan waktu untuk memperhatikan nya atau dia
akan marah dan memperkuat cengrakamannya di kepalaku. Biasanya ku ajak dia
berbaring bersamaku sambil ku tutup tirai jendela atau ku matikan lampu kamar
karena dia benci cahaya. Dengan sedikit ketenangan, dia pun akan pergi dengan
tenang. Tapi di suatu saat dia datang di tengah malam, dia akan memaksaku
terjaga hingga pagi tanpa peduli sekeras apa aku berteriak untuk memintanya
pergi. Dia tidak akan membiarkanku tidur sendirian.
Aku tidak pernah tahu apa yang dia mau dan apa yang bisa
membuatnya pergi. Orang bilang dia datang karena alasan tertentu, sebagian lagi
berkata dia datang hanya karena dia ingin datang. Yang jelas, aku tidak pernah
memaksanya pergi karena dia pasti kembali. Jika ia ingin pergi, dia akan pergi
dalam satu kedipan mata seolah tidak pernah ada yang terjadi.
Kemarin dia tidak datang.
Hari ini dia datang walau sebentar.
Semoga besok dia lupa untuk datang.
Hari ini dia datang walau sebentar.
Semoga besok dia lupa untuk datang.
Dan jangan pernah datang lagi .... Migraine.