Tuesday, September 24, 2013

Sucker at Sport

"If love was a sport, we're not on the same team
You and I are destined to lose"


Kalau kata Usher di lagu Separated nya sih gitu. Wait, I will not talk about love or broken heart, cuma entah kenapa setiap denger lagu itu memang bait itu yang paling kena. Yes, because if love really was a sport, I would definitely lose all the game since I hate sport
Orang - orang yang dulu pernah satu sekolah atau bahkan satu kantor pasti tahu kalau aku paling anti olah raga. For me, olah raga itu bikin capek dan menyiksa. Bukan cuma sepak bola loh ( paling sebel aja kalau ada yang judgemental begitu tahu aku nggak suka sepak bola. Hari gini ibu - ibu juga main sepak bola kali, so it has nothing to do with gender ) tapi semua olah raga, kecuali renang sih. Tapi itu semua bukan tanpa sebab. There's a story behind it.

Rasa gak suka terhadap olah raga itu berawal dari kejadian di sekolah dasar dulu. Hari itu merupakan hari pertama pelajaran olah raga ku di sekolah dasar. Bisa dibilang, that's my first sport session in my life (karena kalau nggak salah di TK itu ga ada olah raga kecuali gerak jalan atau gerak-gerak badan dikit). Nah, seperti anak - anak lain, aku juga sangat excited saat itu. Setelah warming up dan beberapa exercise kok rasanya capek banget ya, dan panas pula. Wondering kenapa anak kelas 1 SD harus olah raga siang - siang. Keringat mulai bercucuran, nafas sudah terasa berat tapi pelajaran olah raga ini belum juga usai dan anak - anak lain masih terlihat semangat. Suara hitungan ibu guru pun mulai samar terdengar karena aku sibuk menahan badan yang lemas ini. Seiring dengan menggelapnya pandanganku, saat itu lah pertama kali nya aku tahu yang namanya ... pingsan. Kemudian teman - teman menggotongku ke kelas. Sejak saat itu, pelajaran pertama olah raga dan kali pertama aku pingsan, aku tidak suka yang namanya olah raga.

Selain hari dimana ada pelajaran olah raga, hari Senin adalah hari dimana aku selalu was-was karena di dua hari itu kemungkinan untuk pingsan / blackout lebih besar. Iya, selain waktu pelajaran olah raga, aku sering juga pingsan waktu upacara. I always believe there's something wrong with my body, either it's the blood pressure or the heart. Tapi untungnya waktu di STM posisi sebagai anggota pengurus OSIS bisa dimanfaatkan untuk menghindari acara olah raga atau upacara.



Dan sekarang aku mendapatkan pekerjaan yang bahkan tidak mengharuskanku untuk keluar dari rumah. Dengan supply makanan yang unlimited from my mom dan irresistible appetite. Kombinasi pekerjaan dan keduanya merupakan gerbang besar untuk .. obesitas. Makanya sejak hari pertama bekerja aku mendaftarkan diri ke gym terdekat untuk mengikuti training program bersama peronal trainer supaya karbohidrat makanan yang diserap sejak pagi bisa dibakar saat sore hari. Dan kalau tidak sempat ke gym biasanya ya cukup lari pagi.

Walaupun setengah mati harus mengangkat beban (setengah nya lagi dibantu PT hehe), well I'll do anything supaya nggak gemuk. Yang paling susah adalah mengontrol makanan yang selalu disupply ibu. Bahkan setelah tau anak nya ini pergi ke gym hampir setiap hari, beliau bilang "udah kurus kok, lagian laki - laki ini nggak apa-apa gendut juga". -___-

2 comments:

Unknown said...

hahahaa.. udah kurus pada kalangannya :p

Gayatri Prameswari said...

Baru tau alasan sebenernya kenapa kamu sampe segitu anti nya sama olah raga. Hihihi
Tapi itu mah bukan anti sama olah raga, tp anti sama panas-panasan. Itu nge-gym ga pake pingsan kan :p