Thursday, January 21, 2010

The IVED 2010 Journal

Beberapa latihan larut malam, beberapa lembar essay yang dikerjakan sampai dini hari, dan perebutan posisi speaker di dalam tim selama karantina akhirnya berakhir dalam 6 pertandingan mengenai sexual transmitted disease, hate crimes, late-term abortionist, ecao-friendly products, sekolah homosexual (harvey milks), dan kejahatan perang di Gaza. Tiga round pertama di hari pertama pertandingan kami tidak mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, kalah di dua round pertama. Sedangkan tim A mendapatkan kemenangan berturut – turut. Kesempatan bertanding dengan bottom-team pada round 3 kami manfaatkan dengan sebaik mungkin dan menghasilkan kemenangan dengan level debate average. Total victory point menjadi 1 pada hari pertama sedangkan tim A mendapatkan 3 victory point di hari pertama.

Semua kritikkan dan saran yang kami dapat pada hari pertama kami gunakan untuk memperbaiki performance di tiga round berikutnya. Play hard, deskripsikan sesuatu dari hal yang terkecil, analisis masalah dan solusi yang akhirnya menghasilkan sebuah kemenangan di round 4. adjudicator bilang ”that was a very good debate, and this is above average debate” AWESOME ! my first above average debate ever ! ketika meminta personal asessment kepada adjudicator aku mengintip kertas catatan nya dan melihat sepaker score ku 76 – 77. YAY ! victory point kami bertambah satu dan diikuti dengan satu kemenangan berikutnya di round 5.

Akhirnya babak pra-eliminasi hampir berakhir. Sampailah kami di round 6 dengan motion debat yang cukup berat yang pernah diharapkan keluar pada babak pra-eliminasi, ”international transborder affair”. Setelah menentukan prioritas motion ternyata motion yang terpilih adalah ”This House Support ICC prosecution on Gaza war crimes based on goldstone comission report”. Case building dimulai dengan membuka semua artikel dan fakta – fakta karena motion ini sangat menuntut banyak penjelasan yang detail. Dan ini pertama kalinya aku sebagai first speaker mempunyai banyak sekali point untuk dijelaskan dan kekurangan waktu. Walaupun penjelasannya tidak sesempurna yang diharapkan tapi semua point berhasil dibawa. Sayangnya atau mungkin untungnya, lawan kami sama sekali tidak menangkap kasus kami dan ngotot membawa kasus mereka sendiri yang membuat debate ini menjadi tidak clash. Kami pun memperkirakan akan menang dengan score yang rendah, yang artinya memperkecil kesempatan untuk break ke octo final mengingat banyak nya tim yang mempunyai victory point 4. Itu membuat salah satu dari kami gelisah dan tidak bisa mengontrol emosi. Keluhan, cemoohan dan cacian dilontarkan kepada tim lawan yang tidak pernah mendengarkan kasus kami bahkan tidak mencatat.

Setelah selesai round 6 kami digiring ke Aula Timur ITB untuk mengikuti acara breaking night party. Sebuah party yang tidak terlihat seperti party dan lebih terlihat seperti resepsi pernikahan ala sumatera utara. Di kedua sisi aula terdapat stand – stand makanan dan orang – orang yang mengantri panjang untuk mengambil makanan di stand tersebut. Antrian yang sangat panjang itu diiringi oleh nyanyian adat sumatera utara yang menambah kental suasana hajatan di dalam acara yang disebut ‘party’. Ya mungkin hajatan bisa diterjemahkan sebagai party di dalam bahasa inggris, tapi party yang aku bayangkan bukan seperti ini. Beberapa menit kemudian nyanyian adat itu digantikan oleh iringan musik jazz yang juga belum cukup menghibur. Suasana semakin membosankan ketika seseorang yang mengaku magician membawakan game yang tidak jelas apa maksudnya dan mengajak seorang perempuan kontingen yogya untuk jadi kelinci percobaannya di depan. Tidak ada yang memperhatikan,

Acara hajatan tiba – tiba disulap menjadi dance floor bersamaan dengan kedatangan seorang DJ. Lampu ruangan dimatikan hanya lighting berwarna biru dan merah yang masih menyala mengikuti beat musik. Orang – orang mulai turun ke dance floor, beberapa dari mereka memang terlihat keren karena bisa engaged dengan musik dan suasana. Tapi tidak sedikit juga dari mereka yang terlihat memaksakan diri untuk ikut dance. Sampai pukul setengah sepuluh malam ketidak jelasan itu berakhir, tibalah the moment of truth. Breaking announcement.

Pengumuman diawali dengan pengumuman the breaking adjudicators. Tidak ada satu pun
Adju dari BINUS yang masuk. Pengumuman selanjutnya, saat yang menegangkan bagi hampir semua peserta. Dimulai dari The first breaking team …
BINUS A !!!
Ternyata tim BINUS A menang clean sweep, 6 victory point dari 6 rounds. Mereka lalu berpelukkan penuh haru. Aku Cuma memberi ucapan selamat, karena masih menunggu pengumuman berikutnya apakah tim ku BINUS B termasuk breaking teams. Pengumuman dilanjutkan, the second breaking team … the third breaking team … masih didapatkan oleh tim dengan 5 victory point sedangkan kami Cuma mempunyai 4 atau 3 victory point. Ketika sampai di urutan ke 10, mulai diisi oleh tim – tim dengan 4 victory point. Masih ada harapan untuk kami.
The 15th breaking team is …
Bukan BINUS B

The 16th breaking team is …
Bukan BINUS B juga

Tinggal satu lagi tim yang belum disebutkan. Karena salah satu breaking tim adalah tim World School Debating Championship yang sedang latihan di kompetisi ini, maka posisinya digantikan oleh tim ke 17. Suasana makin hening dan tegang.
The 17th breaking team is …
TERNYATA MEMANG BUKAN BINUS B.

Tim kami, BINUS B tidak break. Acara breaking announcement menjadi benar – benar heartbreaking announcement. Perasaanku campur aduk, lagi – lagi gagal untuk masuk ke main rounds. Butir – butir air mata mulai memenuhi kantung mata, untung saja masih bisa kutahan. Itu semua karena efek psikologis antara sedih dan bahagia pada saat bersamaan. Sedih karena gagal untuk kesekian kalinya. Dan bahagia atas kemenangan teman –temanku. Sebelum butir – butir air mata itu benar – benar menjadi air mata. Aku segera membalikkan badan dan memberi selamat kepada Yossy dan Rosmi, juga Bryan. I told them how i proud of them. Really, i mean it. Aku bukanlah orang yang bisa menerima kemenangan orang lain di atas kekalahanku. Terutama bila kemenangan itu terjadi kepada temanku ketika aku kalah. Biasanya semua itu berakhir dengan dendam terhadap diri sendiri. Tapi kali ini tidak. Aku bisa menerima semuanya. Karena mereka memang pantas mendapatkan kemenangan ini. Dan aku benar – benar bahagia dan bangga atas kemenangan mereka. Bryan, finally he got his winnings back. Rosmi dan Yossy adalah dua orang yang sangat membuat aku bangga dan terinspirasi. Mereka adalah dua orang yang mengalami gradasi yang sangat pesat melalui usaha mereka. Rosmi yang selalu datang latihan dan sangat rajin research, yang ketika aku tanya alasannya adalah karena dia tidak mau melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa dicegah melalui latihan dan research. Yossy seorang high-achiever yang tidak mau berada di second-layer-society yang sangat berusaha keras mengendalikan dirinya sampai akhirnya dia dapat memanage potensi dalam dirinya, dan juga selalu belajar keras sama seperti Rosmi. Orang – orang tersebut mendapatkan hasil memuaskan dari usaha mereka yang maksimal. Tidak ada alasan untuk menyangkal keberhasilan mereka.

Sementara usaha yang aku lakukan adalah usaha yang biasa – biasa saja. Usaha yang tidak maksimal. Yang membuat hasil yang aku dapatkan sama dengan orang – orang biasa saja. Satu pelajaran yang aku dapatkan dari semua ini. Hasil yang aku dapatkan akan seimbang dengan usaha yang aku lakukan.

No comments: