Saturday, June 25, 2011

Alter ego

Satu sentuhan pada salah satu tombol keyboard di laptop ku membuat layar LCD nya redup dalam beberapa detik. Sudah hampir pukul 2 pagi. Tubuhku mulai protes kelelahan dengan memberikan sedikit rasa sakit di punggungku dan kelopak mata ku sudah menyerah untuk menahan beban berat yang ditimbulkan dari rasa kantuk ini. Sudah saatnya aku tidur. Tidak kubiarkan setitik pun cahaya menerangi kamar ku, ku matikan semua lampu. Aku pun menarik selimut tebal ku dan tidur terlentang dengan kedua tangan di samping badanku. Sambil menarik nafas dalam - dalam, aku mengucapkan doa agar dibangukan besok pagi sebelum jam tujuh. Tiga tarikkan nafas dan aku pun ... tertidur.

Sebenarnya terlentang bukanlah posisi tidur favoritku. Selain disarankan bahwa lebih baik untuk tidur miring ke arah kanan, aku juga lebih suka tidur miring sambil memeluk guling walaupun tidak harus miring ke kanan. Jadi biasanya akan ada di antara waktu tidurku aku terbangun sejenak dan merubah posisi tidur.

Aku menarik napas panjang ketika tanpa sengaja harus terbangun tapi mataku masih tertutup. Ku miringkan tubuhku ke sebelah kiri dan meraih guling disampingku untuk kupeluk. Hawa hangat bertiup di sekitar wajahku. Aku pun membuka mataku ketika ku sadari ternyata itu adalah sebuah hembusan nafas. Mataku terbuka lebar, penuh kesadaran tapi tubuhku terdiam ketika melihat seseorang berbaring persis di sebelah ku dengan arah tidur menghadapku sehingga kini kepalanya tepat di depanku dan jarak hidung kami hanya berjarak sejengkal saja. Yang masih membuatku terdiam tak bergerak adalah wajah orang itu yang sangat aku kenali. Wajah yang biasanya aku lihat di pantulan cermin saat aku bercermin. Wajahku.

"Siapa kamu ?" , tanyaku.
"Siapa kamu ?" , katanya mengikutiku dengan suara yang sama persis dengan suaraku.

Ini pasti mimpi. Aku melihat ke sekeliling kamar ku dan melihat posisi barang - barang yang ada. Untuk memastikan apa aku benar - benar mimpi. Semua barang - barang masih berada di posisi yang sama seperti sebelum aku tertidur tadi. Tapi aku sadar betul ini pasti mimpi.

"Siapa kamu ?", tanyaku lagi.
"kamu", jawabnya sambil tersenyum

Entah kenapa melihat dia yang sama persis dengan ku tersenyum pada diriku sendiri cukup mengerikan. Aku mencoba bangun dari mimpi ini dengan membaca doa yang disarankan untuk dibaca ketika kita bermimpi buruk. Tapi aku tidak ingat sama sekali doanya. Aku membaca doa yang lain, doa apapun, yang penting doa tapi suasana tidak berubah. Tidak ada perubahan.

"Ini pasti mimpi"

"bukan"

"Kamu tidak nyata"

"Aku ini kamu, kita satu.", matanya tidak berkedip menatapku

Situasi ini semakin tidak nyaman. Aku beranjak dari tempat tidur dan mencoba membuka pintu kamar. Terkunci dan kunci nya tidak tergantung di situ. Aku terus mencoba membukanya dengan paksa tapi tetap tidak bisa.

"Mau kemana ?" , tanya nya.

Aku tidak menjawabnya. Tidak ada gunanya berbicara dengan makhluk yang tidak nyata di dalam mimpi. Sosok itu pun mulai beranjak dari tempat tidurku dan berjalan ke arahku. Dalam beberapa langkah kaki, kini dia sudah berada tepat di belakang punggungku. Ku rasakan kedua tangannya memeluk pinggangku dari belakang dan ia berbisik.

"Jangan takut, kita satu."

Tangannya semakin erat memeluk tubuhku dan membuatku semakin lama semakin sesak untuk bernafas. Ku tarik tangannya tapi begitu kuat. Sangat susah untuk dilepaskan. Tidak ada cara lain. Aku mendorong tubuhnya dari depan dengan keras sehingga bagian tubuh belakangnya menabrak tembok dan tangannya terlepas dari tubuhku, sekarang dia terjatuh di lantai. Dengan cepat aku meraih lampu tidur yang berada di samping tempat tidurku dan memukulkan ke kepalanya hingga lampu itu pecah. Dia terjatuh lagi tetapi kali ini kakinya menjegal kaki ku dan aku pun terjatuh. Tangan nya yang kuat menarik kaki ku sehingga tubuhku bergeser ke dekatnya. Kemudian ia bangkit dan kini berada di atasku. Tangan nya dengan kuat mencekik leherku, lagi - lagi membuat nafasku tersedak.

Aku tidak kehilangan akal. Pecahan kaca dari lampu yang pecah tadi aku ambil dengan jari ku dan kemudian ku sayat punggungnya hingga berdarah. Dia melepaskan cekikan nya. Secepat mungkin aku bangun tapi ia lebih cepat bangun dan menghantam wajahku dengan pukulan nya. Aku mencoba membalas pukulannya tetapi ia menghindar sehingga pukulanku meleset mengenai cermin dan memecahkan nya. Pecahan nya berserakkan di lantai. Tanganku berdarah. Tanpa ku sadari dia mengambil pecahan kaca yang paling besar dan berusaha menusukkan nya ke perut ku.


Tusukkan nya membuatku reflek membuka mata ku. Ku temukan diriku terbaring di lantai dengan keringat bercucuran. Aku terbangun dari tidurku dan tadi memang benar mimpi tapi aku tidak berada di tempat tidur seperti saat aku mulai tertidur. Kamarku berantakkan. Pecahan - pecahan kaca berhamburan di lantai dan saat aku bertumpu pada tanganku untuk berdiri, tergurat rasa perih di punggung tanganku. Berdarah.

No comments: