Thursday, September 15, 2011

Morning blast

Pagi ini gue melihat lagi scene yang paling gue benci di kehidupan ini. Scene dimana seorang anak marah - marah dan membentak orang tua nya dengan nada keras dan kasar. Masih terjadi di rumah sepupu gue tempat gue tinggal 2 bulan belakangan ini. Ceritanya berawal dari hilang nya uang sepupu gue yang berjumlah SEPULUH RIBU (ajah) lalu dia menuduh bapaknya yang mengambil uang itu. Dan selanjutnya bentakan dan kata - kata kasar melayang di udara yang nggak usah gue ceritakan secara detail karena nggak tega. Karena nggak tega dengernya, gue pasang earphone dan setel musik cukup keras supaya tidak perlu mendengar adegan live sinetron Hidayah itu.

Once i lived in a war that i called home. Where house was not a place that i want to go to after school. Where screams and scolding were lullaby. When fear, anger, and sadness were mixed up every time i see my sisters and  their husbands had fight with my parents, especially mom. Mom cried or even fainted afterward. But that only happened in my childhood. That's enough. I don't want to see that again in my adulthood.

Gue nggak habis pikir kenapa orang - orang seperti itu bisa melakukan hal tersebut kepada orang tua nya. Sepertinya akal dan logika mereka sudah jauh lebih dari cukup untuk memahami arti kata 'orang tua'. Mata mereka masih berfungsi dengan baik untuk menyaksikan bagaimana orang tua kita bekerja dan mengusahakan  yang terbaik demi memelihara dan membahagiakan kita. Raga dan segala yang terlihat pada diri mereka saat ini merupakan bukti nyata dari kasih sayang yang diberikan. Sudah seperti itu masih sampai hati kah untuk membentak, berteriak pada mereka dengan alasan tersinggung ?

Apalagi tersinggung karena masalah uang yang tidak seberapa. Memalukan. Jangankan untuk mengembalikan atau membalas budi semua jasa dan kasih sayang mereka kepada kita selama ini, jika dilihat dari segi finansial saja, uang yang kita berikan mungkin tidak akan bisa mengganti semua yang pernah diberi pada kita selama ini. Ketika semua itu tidak mungkin, hal terkecil yang bisa kita lakukan adalah membahagiakan mereka. Atau jika membahagiakan mereka pun kita tidak bisa, janganlah menyakiti mereka. Memang sudah sifat alami manusia untuk merasa marah dan tersinggung. Tapi apakah sebegitu sulitnya  menahan diri untuk tidak bersikap dan mengeluarkan kata - kata yang menyakiti hati mereka ?

Gue memang bukan anak yang sempurna. Gue bahkan nggak tau hari ulang tahun orang tua gue atau hari pernikahan mereka. Jadi jangankan memberikan hadiah atau selamat, tanggal nya saja gue nggak ingat. Gue juga belum mendapatkan pekerjaan tetap sehingga gue belum bisa secara reguler memberikan uang kepada merea setiap bulan. Gue nggak pernah nangis atau banyak berkata - kata saat meminta maaf pada mereka saat lebaran, cuma sekedar cium tangan.

Tapi gue tau betul bagaimana perjuangan mereka untuk memberikan segala yang terbaik bagi gue, walaupun mungkin gue nggak bisa merasakan bagaimana susahnya mereka waktu itu. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan yang gue punya,  gue selalu mencoba untuk membahagiakan mereka. Menghargai mereka. Membuat mereka bangga. Hal yang paling minimal yang bisa gue lakukan adalah dengan menghormati mereka, menjaga perasaan mereka. Tidak membuat mereka tersinggung, tersakiti, apalagi menangis.

Semoga orang - orang yang tersebut mendapatkan kesadaran. amin.

No comments: