Friday, September 02, 2011

Di Bawah Lindungan Ka'bah

Terpikir untuk membuat thread berisi review film yang pernah gue tonton di blog ini. Mungkin bisa dimulai dengan film ini. Kemarin gue baru saja nonton Di Bawah Lindungan Ka'bah karena kebetulan tempat karaoke dan coffeeshop masih pada tutup. Selain itu juga memang gue menunggu film ini tayang di bioskop setelah melihat poster promo nya beberapa bulan lalu di salah satu bioskop.

Yang membuat gue berminat nonton film ini adalah karena pertama ini merupakan film re-make dari film yang sama di tahun 80-an. Kedua karena ini film yang diadaptasi dari novel dengan judul sama yang ternyata ditulis oleh salah satu ulama terkenal di Indonesia, Buya Hamka. Ketiga karena cast nya, Bella [gue ngefans banget sama dia]  yang cantik dan Herjunot Ali yang juga ganteng. Dan terakhir, jujur aja tadinya gue mau karaoke dan ngopi tapi ternyata masih pada tutup. Jadi ya udah deh.

Film ini memiliki setting tahun 1920-an di kota Padang. Suasana keislaman di kota Padang saat itu sangat kental terasa pada opening scene dimana Hamid [Junot] diceritakan lulus dengan predikat lulusan terbaik di sekolahnya. Di film ini jujur saja acting Junot lumayan bagus dan cukup menjiwai. Hanya ada satu yang mengganggu, ekspresi Junot ketika diam atau tidak berdialog. Ketika suasana sedih, takut, kecewa, atau pun senang mimik wajahnya seperti sudah diset seperti peserta - peserta Putri Indonesia yang terus tersenyum apapun yang terjadi [mungkin  efek pacaran sama mantan Putri Indonesia]. Tapi over all acting Junot di film ini bagus.

Bella diceritakan sebagai Zainabm anak dari Majikkan tempat ibu Hamid bekerja sebagai pembantu. Seperti di film lain nya, acting Bella lumayan bagus kecuali adegan ketawa ketiwi ketika dia bersama teman - teman perempuan nya yang terdengat sangat - sangat tidak natural dan mengganggu.

Dengan visual art dan setting nya film ini sepertinya berbudget tinggi. Apalagi film ini menghadirkan suasana perjalanan Haji dan juga Ka'bah di tahun 20-an. Terlihat jelas film ini memiliki beberapa sponsor utama yang mengharuskan mereka menayangkan produk nya di dalam film. Sayangnya penampakkan sponsor ini maksa banget. Ini kan setting nya tahun 20-an, masa udah ada Gerry Chocolatos. Beberapa kali para pemain menyulut obat nyamuk Baygon. Dan yang lucu banget, ada satu adegan ketika Hamid ke pasar dan bilang ke tukang dagang nya "beli kacang garuda". Untung nggak ada yang ngomong "ini kacangku".

Ada beberapa adegan yang menurut gue terlalu panjang dan berulang - ulang sehingga jadi membosankan. seperti ketika mereka bermain di dinding kayu, ketawa - ketiwi tanpa dialog. Adegan ini cukup lama dan membosankan. Lalu adegan mereka lari - larian di pasar. Lagi - lagi ketawa ketiwi dan tanpa dialog. Anyway, di film ini mereka sering banget ketawa ketiwi nggak jelas. Mungkin itu gaya pacaran orang tahun 20-an.


Konflik terjadi ketika Hamid mengikuti lomba debat dan Zainab ingin menontonnya. Karena sudah sangat terlambat, Zainab ngebut naik sepeda dan mengambil jalan pintas melalui jembatan. Ternyata jembatan nya belum jadi dan .... [ini adegan lucu banget] Zainab dan sepedanya kecebur sungai. Zainab tidak bisa berenang dan tidak ada yang menolong [orang - orang malah pada nonton]. Akhirnya Hamid menolong Zainab dan memberi nafas buatan.

Ternyata adegan memberi nafas buatan ini membuat Hamid diusir oleh penduduk desa. Masalah yang simple tapi nyata yang terjadi pada masyarakat islam tahun 20-an. Masih make sense lah yah.

Scene selanjutnya menceritakan perjuangan Hamid menjalani hukuman nya dan penderitaan Zainab yang dijodohkan dengan orang lain. Sebelum mencapai antiklimaks nya, film ini [menurut gue] punya missing link yang cukup gede. Karena setelah beberapa tahun tidak bertemu, ternyata Hamid sudah ada di Mekkah untuk naik haji dalam keadaan sakit. Tidak diceritakan bagaimana si Hamid tiba - tiba bisa ada di sana dan sedang sakit apa.

Ending film ini ternyata setipe dengan Romeo and Juliet. Tapi ini versi muslim. Adegan terakhir Hamid di Mekkah sangat menyentuh dan acting Junot lumayan total [ga bosen ya gue ngomong gini]. Mungkin yah ... ending film ini terinspirasi dari salah satu ayat yang bilang bahwa dua orang manusia yang saling mencintai, jika mereka saleh maka mereka akan dipertemukan kembali di surga.

Menurut gue, film ini lumayan bagus dan recommended. Tapi untuk yang nggak suka drama dan skeptic sama film Indonesia, ya ... akan boring.

No comments: