Saturday, September 18, 2010

Cerita Kereta

Satu hal yang paling bikin males dari mudik atau sebalik nya adalah traveling dengan bawaan bejibun. Apalagi kalau yang dibawa ada yang berbentuk kardus gede. Kalau sudah begitu gw suka merasa seperti orang yang mau transmigrasi dari desa ke kota, tapi masih untung yang dibawa di kereta bukan nanas atau kambing.

Tiket kereta gw bernomor tempat duduk 15A which is di deket jendela. Karena gw naik di stasiun kedua setelah stasiun utama, seperti biasa tempat duduk di sebelah jendela sudah diduduki orang yang seharusnya duduk di 15B, dan kali ini ibu - ibu. Karena barang bawaan gw cukup bikin ribet dan seperti nya si ibu juga sedang asik bermain HP, gw pun enggan untuk bersengketa soal tempat duduk tersebut. Toh, gw sudah puluhan kali melihat pemandangan Bandung - Jakarta yang isinya sawah - sawah dan gunung doank. 

Setelah gw duduk gw melihat keluarga yang cukup menarik perhatian, bisa dijadikan bahan nguping atau pengamatan gw kali ini. Keluarga yang berisi pasangan muda dengan 2 anak itu duduk di seberang sebelah kiri gw. Ada yang aneh dengan keluarga itu. Anak - anak dan bapaknya sepertinya sangat menikmati perjalanan ini. Sang bapak terus bercerita kepada anaknya, salah satunya tentang asal mula nama Padalarang.
"Larang itu artinya mahal, jadi Padalarang itu artinya pada mahal. h-e-h-e", kata Bapaknya.
Tapi Sang istri tidak bergeming sama sekali, mukanya selalu ditekuk, cemberut terus. Dia bahkan tidak pernah melihat wajah suaminya. Kepalanya selalu menghadap jendela, bukan karena ingin melihat pemandangan tapi karena membuang pandangan dari suaminya.  Walaupun sesekali dia memandang suaminya, itu pun dengan pandangan yang agak sinis atau sebel. Seolah - olah dia berkata dalam hati.
"Koq gw mau sih ... kawin sama dia"
Dari hal tersebut gw menyimpulkan, mungkin mereka sedang bertengkar.Tapi menurut gw suami - istri yang sedang bertengkar pun masih tetap menunjukkan perhatian, tidak seperti ini. Asumsi gw yang kedua adalah pasangan ini sedang dalam proses perceraian. Asumsi gw yang ketiga, sebenarnya istrinya nggak cinta sama suaminya, dia menikah karena dijodohkan dengan orang tua. Tapi masa sih ? salah satu anak nya kira - kira berumur 7 tahun, dan yang lain nya mungkin 5 tahun. Masa iya dia bisa bertahan selama itu.

Ketika salah satu anak pergi ke toilet bersama bapaknya. Si ibu berbisik sesuatu kepada anak yang satu. Gw nggak bisa mendengar. Gw imajinasikan mungkin dia berbisik.
"Begitu sampai di Gambir, kita langsung singkirkan laki - laki itu"
Kemudian Bapak dan anaknya kembali ke tempat duduk. Dan ketika ada petugas datang, iya memesan 1 nasi rames dan 1 es campur. Loh ? koq orang nya ada 4 tapi pesan nya cuma 1 ?

Setelah pemesanan makanan itu, si ibu bertukar posisi dengan anak nya sehingga sekarang gw sudah tidak bisa melihat muka jutek dan sinis dia lagi. 

Dan gw segera menutup mata untuk tidur karena perjalanan masih panjang. Dipikir - pikir ngapain juga gw daritadi merhatiin mereka sampe detail gitu. Kayak nggak ada kerjaan aja.

Tapi emang ...iya... gw nggak ada kerjaan !!!! Puasss ???!!!  [loh?]

1 comment:

gayatri-ardila said...

kok nanas? haha

anyway kayak sinetron deh
" setelah sampai gambir, kita singkirkan laki-laki itu"
haha