Tuesday, October 05, 2010

Restarted [episode 4]

Finally these 2 last episodes is wrapped. enjoy it.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------s

PRANG .... !!!!!

Suara benda kaca pecah membangunkan ku dari tidur yang lebih nyenyak dari biasanya. Tadi malam Gail memasak pasta dan beberapa masakkan lainnya yang cukup enak. Kami makan malam berdua di tempat ku dan mengobrol tentang banyak hal. Aku juga menceritakan padanya tentang masalah yang sedang aku alami bahwa aku kehilangan beberapa masa lalu ku dan sedang mencoba mengingatnya kembali. Dia bilang dia akan membantuku sebisanya. Bagian paling menarik dari percakapan kami tadi malam adalah the moment of truth bahwa kami saling tertarik satu sama lain. Kami pun terbawa suasana sehingga Abigail menciumku dan aku membalasnya. Apa yang selanjutnya terjadi sangatlah mudah ditebak, sesuatu yang sangat personal terjadi ketika dua orang dewasa yang saling tertarik berada di satu ruangan berdua saja dan terbawa suasana.

"Ups ! sorry , i didn't mean to wake you up" , Kata Abigail ketika dia menyadari aku terbangun karena suara yang dia timbulkan. Abigail sudah berpakaian rapi, sepertinya dia sudah mandi dan bersiap untuk pergi. 

"It's okay. Jam berapa ini ?"
"Jam 10 pagi. Dan aku harus pergi sekarang, gotta do some works."
"Ah, ya ya ... anyway suara apa tadi ?"
"sorry, tadi waktu aku membereskan meja aku menyenggol botol parfum itu dan jatuh." kata Abigail sambil  menunjukkan pecahan botol parfum yang aku beli beberapa hari yang lalu padahal aku baru memakainya sekali.
"I'm really sorry, i should've been more careful. That perfume must be meaningful to you."
"No , no problem. I'm done with this."
"Really ?"
"Yes."
"Ok, now it's time to go. Wake up, get dressed, and have a breakfast. I've made it for you." 

Abigail memakai blazer nya, merapikan rambutnya dengan jari - jarinya, mengambil tas dan menciumku sebelum dia pergi. Dia membuatkan omlette telur dengan daging cincang dan jus jeruk untuk sarapanku, semuanya sudah tersedia di meja. Setelah menghabiskan sarapannya aku langsung mandi. Semenjak itu, aku dan Gail semakin dekat. Kita lebih sering berkomunikasi dan jalan berdua, hampir saja aku lupa untuk mengerjakan portfolioku.

Portfolio ini akhirnya selesai setelah beberapa hari. Segera aku pergi ke kantor Femme magazine untuk menyerahkan portfolioku kepada Jerry. Setelah menunggu cukup lama ketika Jerry melihat - lihat hasil pekerjaan ku, akhirnya Jerry menerimaku untuk bekerja dengan nya dan aku bisa mulai bekerja minggu depan. Setelah selesai dengan Jerry aku menyempatkan diri berjalan ke TimeSquare untuk membeli sesuatu untuk Abigail, sebagai hadiah dan perayaan diterimanya aplikasiku oleh Jerry. 

Ketika melewati sebuah cafe di Antalia Street aku melihat Abigail berada di dalamnya. Dia sedang duduk bersama seorang laki - laki, ia mengenakan blazer abu - abu dengan cardigan dan kaos di dalamnya. Laki - laki itu pernah aku lihat sebelumnya, orang yang  menurutku suami dari seorang wanita yang menabrak dan menyapaku di gallery pada saat art exhibition beberapa waktu lalu. Sedang apa dia bersama Abigail ? apa mereka saling kenal ? Aku memperhatikan mereka dari kaca jendela. Beberapa saat kemudian, laki - laki itu memberikan uang kepada Gail. Mereka kemudian berjabat tangan lalu laki - laki itu beranjak pergi dan aku memasuki cafe untuk menemui Abigail. Di pintu masuk aku berpapasan dengan laki - laki itu, ketika aku melihat ke arahnya dia melihatku juga dan kelihatan kaget. Ketika pandangan kami beradu, aku merasakan sebuah pukulan menghujam wajahku. Potongan film bergerak tanpa suara mulai muncul di kepalaku. Kali ini hanya satu film, tetapi terlalu pendek dan begitu cepat sehingga aku masih belum bisa menangkapnya. Yang jelas di film itu ada 2 orang yang sedang berkelahi. Dan salah satunya adalah aku. Mungkinkah satu orang lagi adalah laki - laki barusan ? 

"Axel ?!!" , Gail kaget melihatku ada di situ begitu juga aku, ku kira dia masih di dalam.

Laki - laki itu berlalu dan naik ke mobilnya. Sebelum mobilnya berjalan jauh. aku memotret plat nomornya. Gail menanyakan kenapa aku berada di sini dan aku jelaskan bahwa aku baru saja menyerahkan portfolioku dan diterima kerja. Ketika aku berjalan tidak sengaja melihat dia di cafe ini. Saat aku tanya siapa laki - laki itu, Gail menjelaskan bahwa dia adalah salah satu client nya yang menggunakan nya sebagai model. Dan barusan dia memberikan payment untuk Gail.

"I think i know him. ", Kata ku pada Gail.
"Really ?"
"Kamu masih ingat kan seorang perempuan yang menabrakku di gallery ? kemudian laki - laki itu datang dan mengajaknya pergi."
"Iya."
"Dia pasti ada hubunganya dengan masa lalu ku." , dengan tergesa - gesa aku  memberhentikan taxi yang lewat dan menarik Gail ikut denganku masuk ke dalam taxi.

"Axel, what's wrong with you ?" , kata Gail agak sedikit bingung melihatku panik seperti ini.
"Kita harus ikuti dia."
"But where should we follow him ? mobilnya sudah menghilang."
"Kamu pasti punya nomor kontak dia kan ?"
"No ..." Gail menggelengkan kepala.
"How come a model doesn't have her client's number ? how could you guys communicate each other ?"
"Why are you so sure that he knows you ?"
"Because i got a vision, when i met him. And his wife recognized me at the gallery."
"You just overreacted." Kata Gail bersikeras tidak mau menghubungi orang itu.

Setelah memaksa Gail berulang kali, akhirnya ia mau menghubungi orang tadi atas permintaanku. Sepertinya orang itu marah - marah pada Gail dan Gail terlihat bingung juga panik saat berbicara di telepon. Aku tidak bisa fokus mendengarkan pembicaraan mereka karena begitu banyak hal berkelibatan di kepala ku. Mulai dari sosok wanita yang kutemui di gallery, parfum yang aku beli, The Hungry Diner, sampai laki - laki itu dan perkelahian. Semua itu berputar dan berputar semakin cepat dan berulang - ulang dikepalaku.

Aku mencoba menyusun semuanya satu per satu. Apa mungkin perempuan itu adalah orang yang bersamaku di Hungry Diner dan pernah terjadi sesuatu hingga laki - laki itu berkelahi denganku karena perempuan itu ? Aku semakin gelisah, dan keringat dingin membasahi tubuhku. Tiba - tiba aku teringat saat tadi berpapasan dengan orang itu. Aku mengingat wajahnya, aku merasa mengenal dia. Wajahnya seperti ... temanku. Tapi aku tidak tahu siapa namanya. Aku hanya ingat dia temanku.

No comments: