Monday, February 15, 2010

The cure

Seorang laki – laki yang mengenakan sweater abu-abu dengan leher berbentuk V yang dirangkap dengan kaos berwarna putih menghampiri seseorang berkaos hijau yang sejak tadi terduduk memandangi pemandangan kota yang ia lihat dari loteng gedung. Laki – laki dengan sweater abu - abu tersebut kemudian duduk di sebelah laki – laki berkaos hijau itu. Ia ikut memandangi pemandangan sesaat lalu berbicara.

“Apa kabar lo hari ini ?”

Laki – laki berkaos hijau tersebut tidak menjawab. Sesaat ia menengok ke arah si sweater abu – abu dengan ekspresi yang datar, tanpa senyum, tanpa ekspresi sedikit pun. Kemudian ia kembali terlarut dalam pandangan kosong nya.

”Semua ini memang berat, ngga gampang untuk beradaptasi. Tapi semua itu pasti bisa lo lewatin. ”

”Lu kan nggak ngerasain apa yang gua rasain. Semua ini menyiksa.”

Akhirnya si kaos hijau memberikan respon atas kalimat yang diucapkan si sweater abu – abu. Ia melihat ke arah pemilik sweater abu – abu tersebut. Sebuah wajah dengan rambut lurus dengan poni yang disisir ke pinggir, sama dengan dirinya tetapi wajah nya tidak terlalu jelas terlihat.

”Gue memang nggak tau. Tapi yang gue tau, nggak ada obat yang enak. Kebanyakkan obat rasanya pahit beberapa kadang menimbulkan efek sakit. Nggak ada kan yang mau minum obat, tapi orang yang sakit minum obat jika ingin sembuh walaupun rasanya pahit.”

Kedua nya terdiam.

”Gua juga ... mau sembuh. Tapi nggak mau minum obat ini.”


Si sweater abu – abu menatap orang yang duduk di sebelah nya lalu menepuk pundaknya dan berkata.

“Sabar ya. Mungkin sekarang lo merasakan pahit atau efek sakit dari obat ini, tapi kan nanti lo bisa sembuh dan nggak perlu minum obat lagi.”

”...”

”Tahan ya, gue tau lo bisa. Gue nggak mau liat lo sakit terus. Lo harus minum obat. Lo harus bisa nahan ya. Gue nggak mau liat lo sakit terus.”

“Thanks”

Kata laki – laki berkaos hijau itu. Ketika dia menengokkan kepalanya, laki – laki dengan sweater abu – abu itu sudah tidak ada di samping nya. Ia mencari ke sekeliling nya tapi jejak nya tak terlihat.

4 comments:

gayatri-ardila said...

ini kisah nyata, je?
the suddenly-disappeared man?
wew..

Van Der Woodsen said...

bukan, ini analogi.
intinya bukan suddenly-disappeared man. tapi dialog mereka berdua hehe

gayatri-ardila said...

oh..imajinasi anda tinggi sekali..
Keknya masih berlanjut di postingan selanjutnya ya,
keep on writing aja deh je..

Van Der Woodsen said...

ada. itu yang episode kedua judulnya REHAB